PENDAHULUAN
Olahraga adalah
aktifitas fisik yang sangat populer hampir di seluruh aspek kehidupan manusia,
khususnya dibidang kesehatan modern. Nilai positif dari olahraga dari sudut
pandang kesehatan diantaranya adalah; kegembiraan, membangkitkan percaya diri,
memlihara koordinasi motorik, memelihara kebugaran dan kesehatan tubuh,
khususnya kardiovaskularserta integritas tulang. Manfaat- manfaat positif yang
lebih mengarah kepada manfaat praktis tersebut diatas, oleh Santosa Giriwijoyo
dan kawan-kawan (2007) ditegaskan “besar kegunaannya bagi wanita”.
Olahraga di
zaman modern ini bukan lagi menjadi hal yang tabu untuk dilakukan oleh wanita,
dan banyak manfaatnya bagi wanita itu sendiri, baik untuk olahraga prestasi,
olahraga rekreasi, maupun untuk kesehatan. Walaupun demikian kegiatan olahraga
pada wanita ditengah masyarakat masih terbentur oleh adat istiadat dan budaya.
Pemisahan jenis
kelamin pada program olahraga merupakan tradisi dalam semua tingkat
pertandingan dan bagi semua negara di dunia. Alasan pokok mengapa jenis kelamin
dipisahkan dalam olahraga sekarang adalah bahwa sebagian besar penampilan
wanita dan pria secara nyata berbeda.
Isu yang paling menarik akhir-akhir ini adalah
tentang penentuan gender. Pelari 800 meter putri Caster Semenya yang berasal
dari afrika selatan mendapatkan medali emas pada kejuaraan Atletik dunia di Berlin
tahun 2009. Diminta untuk melakukan tes gender, dikarenakan bentuk fisiknya
yang menyerupai laki-laki. Kasus lainnya Andreas Krieger yang terlahir sebagai
wanita menjadi transgender akibat terlalu banyak disuntikan steroid anabolic tanpa sepengetahuannya.
Obat ini memicu hormone laki-lakinya menjadi lebih banyak dan tampak nyata
berpengaruh dibanding hormone progesteronnya.
Permasalahan
Makalah ini akan membahas masalah yang
terkait dengan wanita, seks dan olahraga, diantaranya adalah:
1.
Perbedaan wanita dan
pria
2.
Haid dan latihan
3.
Kehamilan dan latihan
4.
Seks dan Olahraga
BAB II
PEMBAHASAN
1.
Perbedaan
Wanita dan Pria
Perkembangan
fisik sudah di mulai pada masa praremaja dan terjadi cepat pada masa remaja
awal yang akan makin sempurna pada masa remaja pertengahan dan remaja akhir.
Cole (dalam Monks, 2002: 16) berpendapat bahwa perkembangan fisik merupakan
dasar dari perkembangan aspek lain yang mencakup perkembangan psikis dan
sosialis. Artinya jika perkembangan fisik berjalan secara baik dan lancar, maka
perkembangan psikis dan sosial juga akan lancar. Jika perkembangan fisik
terhambat sulit untuk mendapat tempat yang wajar dalam kehidupan masyarakat
dewasa. Pada remaja akhir,proporsi tubuhmencapai ukuran tubuh orang dewasa
dalam semua bagiannya (Syamsu Yusuf: 2005). Berkaitan dengan perkembangan fisik
ini, perkembangan terpenting adalah aspek seksualitas ini dapat dipilah menjadi
dua bagian, yakni:
1.
Ciri-ciri seks primer
Perkembangan psikologi
remaja pria mengalami pertumbuhan pesat pada organ testis, pembuluh yang
memproduksi sperma dan kelenjar prostat. Kematangan organ-organ seksualitas ini
memungkinkan remaja pria, sekitar usia 14 – 15 tahun, mengalami “mimpi basah”,
keluar sperma. Pada remaja wanita, terjadi pertumbuhan cepat pada organ rahim
dan ovarium yang memproduksi ovum (sel telur) dan hormon untuk kehamilan.
Akibatnya terjadilah siklus “menarche” (menstruasi pertama). Siklus awal
menstruasi sering diiringi dengan sakit kepala, sakit pinggang, kelelahan,
depresi, dan mudah tersinggung. Ciri-ciri seks primer juga dapat diuraikan
sebagai berikut:
a.
Organ kelamin telah mampu memproduksi sel-sel kelamin.
Laki-laki mulai menghasilkan sperma di dalam testis, sedangkan perempuan mulai
menghasilkan sel telur di dalam indung telur (ovarium).
b.
Organ kelamin mulai berfungsi. Pada remaja laki-laki
ditandai dengan pertama kali mengalami “mimpi basah” yang mengeluarkan sperma
atau air mani. Pada perempuan ditandai dengan mengalami menstruasi yang pertama
kali.
2.
Ciri-ciri seks sekunder
Perkembangan psikologi remaja pada
seksualitas sekunder adalah pertumbuhan yang melengkapi kematangan individu
sehingga tampak sebagai lelaki atau perempuan. Remaja pria mengalami
pertumbuhan bulu-bulu pada kumis, jambang, janggut, tangan, kaki, ketiak, dan
kelaminnya. Pada pria telah tumbuh jakun dan suara remaja pria berubah menjadi parau
dan rendah. Kulit berubah menjadi kasar. Pada remaja wanita juga mengalami
pertumbuhan bulu-bulu secara lebih terbatas, yakni pada ketiak dan kelamin.
Pertumbuhan juga terjadi pada kelenjar yang bakal memproduksi air susu di buah
dada, serta pertumbuhan pada pinggul sehingga menjadi wanita dewasa secara
proporsional. Ciri-Ciri seks sekunder dapat diuraikan sebagai berikut:
a.
Remaja Laki-Laki
1)
Mulai tumbuh jakun
2)
Perubahan suara menjadi lebih besar dan berat.
3)
Tumbuh kumis atau jenggot.
4)
Tumbuh rambut di dada, kaki, ketiak, dan sekitar organ
kelamin.
5)
Mulai tampak otot-otot yang berkembang lebih besar dan
menonjol.
6)
Bahu melebar melebihi bagian pinggul.
7)
Perubahan jaringan kulit menjadi lebih kasar dan pori- pori
tampak membesar
8)
Kadang-kadang diikuti dengan munculnya jerawat di daerah
muka
b.
Remaja Perempuan
1) Membesarnya payudara dan puting susu
mulai timbul
2) Pinggul melebar.
3) Tumbuh rambut di ketiak dan sekitar
organ kelamin.
4) Suara lebih nyaring.
5) Kadang-kadang diikuti munculnya
jerawat di daerah muka
Selain pengelompokan seperti yang
telah dijelaskan, berdasarkan perubahan fisiknya, remaja dibagi menjadi dua,
yaitu:
1.
Remaja awal, dengan ciri-ciri:
a. Terjadi pertumbuhan fisik yang pesat
b. Dalam jangka 3-4 tahun anak
bertumbuh hingga tingginya hampir menyamai tinggi ortu.
c. Pertumbuhan anggota badan
dan otot-otot sering tidak seimbang. Akibatnya, pada laki-laki mulai memperlihatkan
penonjolan otot-otot pada dada, lengan, paha dan betis. Pada wanita mulai
menunjukkan mekar tubuh yang membedakannya dengan tubuh kanak-kanak.
d. Dalam hal
kecepatan pertumbuhan, terutama nampak jelas dalam usia 12-14 tahun remaja
putri bertumbuh demikian cepat meninggalkan pertumbuhan remaja pria. Akibatnya dalam masa
pertumbuhan ini baik remaja pria maupun remaja wanita cenderung ke arah
memanjang dibanding melebar.
e. Kematangan kelenjar seks
pada usia 11/12 th – 14/15 th.Biasanya pertumbuhan itu lebih cepat pada remaja
putri dibanding remaja putra.
2.
Remaja akhir, dengan ciri-ciri:
a.
Pertumbuhan fisik remaja relatif berkurang dengan kata lain
tidak sepesat dalam masa remaja awal.Bagi remaja pria pada usia 20 th dan
remaja wanita 18 th keadaan tinggi badan mengalami pertumbuhan yang lambat.
b.
Mengalami keadaan sempurna bagi beberapa aspek pertumbuhan
dan menunjukkan kesiapan untuk memasuki masa dewasa awal. Seperti badan
dan anggota badan menjadi berimbang, wajah yang simetris, bahu yang berimbang
dengan pinggul.
Saat ini, remaja
mengalami perubahan fisik (dalam tinggi dan berat badan) lebih awal dan cepat
berakhir daripada orang tuanya. Kecenderungan ini disebut trend secular.
Sebagai contoh, seratus tahun yang lalu, remaja USA dan Eropa Barat mulai
menstruasi sekitar usia 15 – 17 tahun, sekarang sekitar 12 – 14 tahun. Di tahun
1880, laki-laki mencapai tinggi badan sepenuhnya pada usia 23 – 24 tahun dan
perempuan pada usia 19 – 20 tahun, sekarang laki-laki mencapai tinggi maksimum
pada usia 18 – 20 dan perempuan pada usia 13 – 14 tahun.
Trend secular terjadi sebagai akibat dari meningkatnya faktor
kesehatan dan gizi, serta kondisi hidup yang lebih baik. Sebagai contoh,
meningkatnya tingkat kecukupan gizi dan perawatan kesehatan, serta menurunnya
angka kesakitan (morbiditas) di usia bayi dan kanak-kanak.
Perbedaan fisik
antara laki-laki dan perempuan mempengaruhi performa keduanya dimana laki-laki
memiliki kemampuan lebih dalam olahraga dibandingkan dengan perempuan, sehingga
pertandingan antara laki-laki dan perempuan dipisahkan.
2.
Haid
dan latihan
Sekitar 20 tahun yang lalu
menstruasi selalu menjadi kendala bagi kaum wanita Indonesia untuk aktif
berolahraga, terutama dilingkungan pendidikan jasmani. Keadaan tersebut sampai
sekarang masih mempengaruhi sebagian besar peserta didik, terutama bagi peserta
didik yang pengetahuan tentang olahraga dan jasmaninya yang rendah.
Bagi kaum wanita yang sudah aktif
berolahraga, pengetahuan tentang olahraga dan kesehatan sudah relatif baik,
menstruasi sudah tidak lagi menjadi kendala, malah sebaliknya. Kegiatan
olahraga bagi kaum wanita pada jaman sekarang justru merupakan salah satu
kegiatan yang sangat bermanfaat saat mereka menderita akibat haid, karena
berbagai gangguan, perasaan tidak enak, sakit (dysmenorrhoea), rasa tidak
nyaman pada payudara dan kecemasan menjadi berkurang.
Hasil penelitian pada banyak atlet
wanita sejak puluhan tahun lalu menurut Phul dan Bown yang disajikan oleh
Santosa Giriwijoyo dan kawan-kawan (2007) menunjukkan bahwa mereka mampu tampil
sama baiknya ketika akan dan sedang menstruasi. Kemudian beberapa diantaranya
mampu mencipta rekor-rekor Olimpiade.
3.
Kehamilan
dan latihan
Di masa lalu yang lebih menjadi
dasar untuk menentukan apakah wanita hamil harus bekerja atau tidak adalah
faktor sosio ekonomis, bukan faktor pengetahuan apakah kesehatan wanita hamil
itu memungkinkan untuk bekerja atau tidak. Ternyata bukti-bukti pada saat ini
menunjukkan bahwa latihan olahraga dan bekerja adalah aman dan mungkin sekali
bermanfaat bagi kebanyakan wanita hamil, sepanjang wanita hamilnya dalam status
hamil normal.
Kini banyak atlet wanita yang tetap
berlatih selama masa kehamilannya dan mendapat peningkatan penampilan olahraga
dikala sudah menjadi ibu. Ingrid Chitiansen terud berhasil selama kehamilannya
dan kembali berlatih penuh sebulan setelah melahirkan dan berhasil menciptakan
waktu marathon dunia terbaik 18 bulan setelah melahirkan anaknya. Apa yang
menyebabkan atlet wanita meningkat penampilannya setelah melahirkan, sampai
sekarang masiih belum diketahui. Secara fisiologis, meningkatnya volume darah
dan upaya mengatasi berat badannya yang terus meningkat selama kehamilannya
menjadi latihan beban yang menghasilkan manfaat jangka panjang. Pengaruh
psikologis kehamilan yang lama dan berakhir ketika proses partus dan beralih
tugas menjadi ibu mungkin juga berpengaruh terhadap suasana latihan dan
perlombaan wanita.
Setelah melahirkan, atlet-atlet
Olimpiade memiliki catatan rekor yang sama bahkan melebihi catatan rekornya
sendiri setelah melahirkan. Kondisi fisik dan fungsionalnya menjadi lebih baik
dari pada sebelumnya. Mereka merasa fisiknya lebih stabil dan psikisnya lebih
seimbang. Fakta lapangan banyak memperlihatkan prestasi yang meningkat pada
atlet wanita setelah melahirkan, namun demikian perlu dipahami bahwa latihan
olahraga prestasi khususnya, merupakan kontra indikasi pada kehamilan beresiko
tinggi, karena itu tingkat kegiatan fisik wanita hamil resiko tinggi harus
ditentukan secara individu oleh dokter kebidanannya. Kontra indikasi yang
dimaksud adalah antara lain:
a. Pre
eklampsia ganda (toxaemia= keracunan darah pada kehamilan)
b. Kehamilan
ganda
c. Hambatan
pertumbuhan intra uterine
d. Perdarahan
atau partus premature
e. Abortus
habitualis
Resiko-resiko selama
kehamilan
a. Trauma
langsung
b. Berkurangnya
peredaran darah uterus
c. Hipertermia
4.
Seks
dan Olahraga
Partisipasi perempuan dalam dunia
olahraga memiliki sejarah panjang, sejarah yang ditandai dengan perbedaan dan
diskriminasi. Dibalik semua perbedaan dan diskriminasi tercapai suatu prestasi
besar yang dapat diraih oleh para atlet perempuan dan ini menjadi tonggak
kemajuan penting untuk kesetaraan gender dan memberdayakan perempuan dan anak
perempuan dalam dunia olahraga.
Wanita telah banyak mengambil
posisi penting dalam kepemimpinan olahraga, sebagai ketua, pengurus, manajer,
pelatih, dan bahkan wartawan olahraga. Prestasi-prestasi ini menunjukkan
semakin menipisnya diskriminasi gender dalam kegiatan berolahraga. Banyak
manfaat yang diperoleh oleh wanita dalam mengikuti kegiatan olahraga baik
secara langsung maupun tidak langsung. Manfaat kesehatan dari partisipasi aktif
perempuan dalam kegiatan aktivitas fisik dan olahraga dapat mencegah berbagai
penyakit degenratif.
Diskriminasi gender terutama wanita
dalam olahraga baru didokumentasikan dan dianggap sebagai masalah pada tahun
1970an. Diskriminasi terlihat dari banyak hal seperti penggangaran kegiatan
olahraga, fasilitas kegiatan olahraga, latihan olahraga, media juga demikian,
media lebih sering menampilkan dan memberitakan kegiatan olahraga pria daripada
wanita.
Pada tingkat masyarakat, meski
partisipasi olahraga meningkat, diskriminasi gender masih sangat kentara.
Bahkan dimasyarakat masih berkembang mitos sebagai berikut:
1. Partisipasi
yang keras dalam kegiatan olahraga dapat mengganggu kemampuan untuk melahirkan,
hal ini disebabkan bahwa latihan fisik akan memperkeras otot pelvis sehingga
tidak akan cukup fleksibel untuk proses melahirkan secara normal.
2. Aktivitas
pada beberapa cabang olahraga dapat merusak organ reproduksi dan payudara
wanita. Mitos ini tetap ada meskipun uterus adalah organ dalam yang sangat anti
getaran dan lebih terlindung daripada organ vital pria.
3. Struktur
tulang wanita lebih lemah, sehingga akan memudahkan terjadinya cidera. Meski
ukuran tubuh wanita cenderung lebih kecil dibandingkan tubuh pria, namun tulang
mereka tidak lebih lemah. Bahkan sebenarnya karena tulang mereka lebih ringan
menerima beban berat badan dan berat otot, maka lebih kecil menerima resiko
cidera dibandingkan pria.
4. Keterlibatan
yang aktif membuat masalah pada menstruasi. Hal ini terjadi karena berkurangnya
prosentase lemak dalam tubuh, jadi masalah keterlambatan menstruasi akan
berkahir ketika aktivita latihan yang berat dihentikan.
5. Keterlibatan
dalam olahraga mengakibatkan otot wanita menjadi menonjol dan kurang menarik.
Padahal suatu tubuh yang dikondisikan dengan baik akan menjadi menarik. Kondisi
fisik yang baik ini juga akan meningkatkan image tubuh dan meningkatnya sifat
responsif fisik.
Kelima mitos tersebut jelas sangat
tidak beralasan bagi wanita untuk tidak berpartisipasi dalam olahraga, sehingga
upaya untuk mengeliminasi mitos tersebut dapat dilakukan oleh pendidikan.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
1.
Perbedaan wanita dan
pria
Perbedaan fisik antara laki-laki dan
perempuan mempengaruhi performa keduanya dimana laki-laki memiliki kemampuan
lebih dalam olahraga dibandingkan dengan perempuan, sehingga pertandingan
antara laki-laki dan perempuan dipisahkan.
2.
Haid dan latihan
Haid atau menstruasi
tidak mengganggu proses latihan bahkan akan lebih bermanfaat untuk mengurangi
rasa sakit saat proses menstruasi.
3.
Kehamilan dan latihan
Latihan saat hamil
masih diperbolehkan namun dilarang pada beberapa kontra indikasi. Latihan saat
hamil akan berpengaruh positif terhadap penampilan setelah proses melahirkan.
Banyak atlet dapat memecahkan rekor atas namanya sendiri setelah melahirkan
dimana mereka tetap latihan saat mereka hamil.
4.
Seks dan Olahraga
Harus diakui bahwa
diskriminasi gender masih saja terjadi di tengah masyarakat karena beberapa
mitos yang berkembang walaupun partisipasi wanita dalam aktivitas fisik
olahraga dan manajerial olahraga sudah meningkat.
DAFTAR PUSTAKA
1. Donald
Chu. Dimentions Of Sport Studies. New
York. Jhon Wiley And Sons; 1982
2. Monks,
F.J. Psikologi Perkembangn. Yogyakarta. Gajah Mada University Press; 2002
3. Syamsu.
Sosiologi. Jakarta. Rineka Cipta; 2005
4. Tape Rotellla, Mc Clenaghan. Dasar-Dasar Ilmiah Kepelatihan. Alih
Bahasa: Casio Dwijowinoto. Semarang. Ikip
Semarang Press; 1993
,