Selasa, 24 September 2019

wanita, sex dan olahraga


PENDAHULUAN


Olahraga adalah aktifitas fisik yang sangat populer hampir di seluruh aspek kehidupan manusia, khususnya dibidang kesehatan modern. Nilai positif dari olahraga dari sudut pandang kesehatan diantaranya adalah; kegembiraan, membangkitkan percaya diri, memlihara koordinasi motorik, memelihara kebugaran dan kesehatan tubuh, khususnya kardiovaskularserta integritas tulang. Manfaat- manfaat positif yang lebih mengarah kepada manfaat praktis tersebut diatas, oleh Santosa Giriwijoyo dan kawan-kawan (2007) ditegaskan “besar kegunaannya bagi wanita”.
Olahraga di zaman modern ini bukan lagi menjadi hal yang tabu untuk dilakukan oleh wanita, dan banyak manfaatnya bagi wanita itu sendiri, baik untuk olahraga prestasi, olahraga rekreasi, maupun untuk kesehatan. Walaupun demikian kegiatan olahraga pada wanita ditengah masyarakat masih terbentur oleh adat istiadat dan budaya.
Pemisahan jenis kelamin pada program olahraga merupakan tradisi dalam semua tingkat pertandingan dan bagi semua negara di dunia. Alasan pokok mengapa jenis kelamin dipisahkan dalam olahraga sekarang adalah bahwa sebagian besar penampilan wanita dan pria secara nyata berbeda.
 Isu yang paling menarik akhir-akhir ini adalah tentang penentuan gender. Pelari 800 meter putri Caster Semenya yang berasal dari afrika selatan mendapatkan medali emas pada kejuaraan Atletik dunia di Berlin tahun 2009. Diminta untuk melakukan tes gender, dikarenakan bentuk fisiknya yang menyerupai laki-laki. Kasus lainnya Andreas Krieger yang terlahir sebagai wanita menjadi transgender akibat terlalu banyak disuntikan steroid anabolic tanpa sepengetahuannya. Obat ini memicu hormone laki-lakinya menjadi lebih banyak dan tampak nyata berpengaruh dibanding hormone progesteronnya.

Permasalahan
Makalah ini akan membahas masalah yang terkait dengan wanita, seks dan olahraga, diantaranya adalah:
1.        Perbedaan wanita dan pria
2.        Haid dan latihan
3.        Kehamilan dan latihan
4.        Seks dan Olahraga












BAB II
PEMBAHASAN

1.        Perbedaan Wanita dan Pria
Perkembangan fisik sudah di mulai pada masa praremaja dan terjadi cepat pada masa remaja awal yang akan makin sempurna pada masa remaja pertengahan dan remaja akhir. Cole (dalam Monks, 2002: 16) berpendapat bahwa perkembangan fisik merupakan dasar dari perkembangan aspek lain yang mencakup perkembangan psikis dan sosialis. Artinya jika perkembangan fisik berjalan secara baik dan lancar, maka perkembangan psikis dan sosial juga akan lancar. Jika perkembangan fisik terhambat sulit untuk mendapat tempat yang wajar dalam kehidupan masyarakat dewasa. Pada remaja akhir,proporsi tubuhmencapai ukuran tubuh orang dewasa dalam semua bagiannya (Syamsu Yusuf: 2005). Berkaitan dengan perkembangan fisik ini, perkembangan terpenting adalah aspek seksualitas ini dapat dipilah menjadi dua bagian, yakni:
1.        Ciri-ciri seks primer
Perkembangan psikologi remaja pria mengalami pertumbuhan pesat pada organ testis, pembuluh yang memproduksi sperma dan kelenjar prostat. Kematangan organ-organ seksualitas ini memungkinkan remaja pria, sekitar usia 14 – 15 tahun, mengalami “mimpi basah”, keluar sperma. Pada remaja wanita, terjadi pertumbuhan cepat pada organ rahim dan ovarium yang memproduksi ovum (sel telur) dan hormon untuk kehamilan. Akibatnya terjadilah siklus “menarche” (menstruasi pertama). Siklus awal menstruasi sering diiringi dengan sakit kepala, sakit pinggang, kelelahan, depresi, dan mudah tersinggung. Ciri-ciri seks primer juga dapat diuraikan sebagai berikut:
a.        Organ kelamin telah mampu memproduksi sel-sel kelamin. Laki-laki mulai menghasilkan sperma di dalam testis, sedangkan perempuan mulai menghasilkan sel telur di dalam indung telur (ovarium).
b.        Organ kelamin mulai berfungsi. Pada remaja laki-laki ditandai dengan pertama kali mengalami “mimpi basah” yang mengeluarkan sperma atau air mani. Pada perempuan ditandai dengan mengalami menstruasi yang pertama kali.
2.        Ciri-ciri seks sekunder
Perkembangan psikologi remaja pada seksualitas sekunder adalah pertumbuhan yang melengkapi kematangan individu sehingga tampak sebagai lelaki atau perempuan. Remaja pria mengalami pertumbuhan bulu-bulu pada kumis, jambang, janggut, tangan, kaki, ketiak, dan kelaminnya. Pada pria telah tumbuh jakun dan suara remaja pria berubah menjadi parau dan rendah. Kulit berubah menjadi kasar. Pada remaja wanita juga mengalami pertumbuhan bulu-bulu secara lebih terbatas, yakni pada ketiak dan kelamin. Pertumbuhan juga terjadi pada kelenjar yang bakal memproduksi air susu di buah dada, serta pertumbuhan pada pinggul sehingga menjadi wanita dewasa secara proporsional. Ciri-Ciri seks sekunder dapat diuraikan sebagai berikut:
a.        Remaja Laki-Laki
1)        Mulai tumbuh jakun
2)        Perubahan suara menjadi lebih besar dan berat.
3)        Tumbuh kumis atau jenggot.
4)        Tumbuh rambut di dada, kaki, ketiak, dan sekitar organ kelamin.
5)        Mulai tampak otot-otot yang berkembang lebih besar dan menonjol.
6)        Bahu melebar melebihi bagian pinggul.
7)        Perubahan jaringan kulit menjadi lebih kasar dan pori- pori tampak membesar
8)        Kadang-kadang diikuti dengan munculnya jerawat di daerah muka
b.       Remaja Perempuan
1)      Membesarnya payudara dan puting susu mulai timbul
2)      Pinggul melebar.
3)      Tumbuh rambut di ketiak dan sekitar organ kelamin.
4)      Suara lebih nyaring.
5)      Kadang-kadang diikuti munculnya jerawat di daerah muka

Selain pengelompokan seperti yang telah dijelaskan, berdasarkan perubahan fisiknya, remaja dibagi menjadi dua, yaitu:
1.         Remaja awal, dengan ciri-ciri:
a.       Terjadi pertumbuhan fisik yang pesat
b.      Dalam jangka 3-4 tahun anak bertumbuh hingga tingginya hampir menyamai tinggi ortu.
c.       Pertumbuhan anggota badan dan otot-otot sering tidak seimbang. Akibatnya, pada laki-laki mulai memperlihatkan penonjolan otot-otot pada dada, lengan, paha dan betis. Pada wanita mulai menunjukkan mekar tubuh yang membedakannya dengan tubuh kanak-kanak.
d.      Dalam hal kecepatan pertumbuhan, terutama nampak jelas dalam usia 12-14 tahun remaja putri bertumbuh demikian cepat meninggalkan pertumbuhan remaja pria. Akibatnya dalam masa pertumbuhan ini baik remaja pria maupun remaja wanita cenderung ke arah memanjang dibanding melebar.
e.       Kematangan kelenjar seks pada usia 11/12 th – 14/15 th.Biasanya pertumbuhan itu lebih cepat pada remaja putri dibanding remaja putra.
2.         Remaja akhir, dengan ciri-ciri:
a.       Pertumbuhan fisik remaja relatif berkurang dengan kata lain tidak sepesat dalam masa remaja awal.Bagi remaja pria pada usia 20 th dan remaja wanita 18 th keadaan tinggi badan mengalami pertumbuhan yang lambat.
b.      Mengalami keadaan sempurna bagi beberapa aspek pertumbuhan dan menunjukkan kesiapan untuk memasuki masa dewasa awal. Seperti badan dan anggota badan menjadi berimbang, wajah yang simetris, bahu yang berimbang dengan pinggul.
Saat ini, remaja mengalami perubahan fisik (dalam tinggi dan berat badan) lebih awal dan cepat berakhir daripada orang tuanya. Kecenderungan ini disebut trend secular. Sebagai contoh, seratus tahun yang lalu, remaja USA dan Eropa Barat mulai menstruasi sekitar usia 15 – 17 tahun, sekarang sekitar 12 – 14 tahun. Di tahun 1880, laki-laki mencapai tinggi badan sepenuhnya pada usia 23 – 24 tahun dan perempuan pada usia 19 – 20 tahun, sekarang laki-laki mencapai tinggi maksimum pada usia 18 – 20 dan perempuan pada usia 13 – 14 tahun.
Trend secular terjadi sebagai akibat dari meningkatnya faktor kesehatan dan gizi, serta kondisi hidup yang lebih baik. Sebagai contoh, meningkatnya tingkat kecukupan gizi dan perawatan kesehatan, serta menurunnya angka kesakitan (morbiditas) di usia bayi dan kanak-kanak.
Perbedaan fisik antara laki-laki dan perempuan mempengaruhi performa keduanya dimana laki-laki memiliki kemampuan lebih dalam olahraga dibandingkan dengan perempuan, sehingga pertandingan antara laki-laki dan perempuan dipisahkan.

2.        Haid dan latihan
Sekitar 20 tahun yang lalu menstruasi selalu menjadi kendala bagi kaum wanita Indonesia untuk aktif berolahraga, terutama dilingkungan pendidikan jasmani. Keadaan tersebut sampai sekarang masih mempengaruhi sebagian besar peserta didik, terutama bagi peserta didik yang pengetahuan tentang olahraga dan jasmaninya yang rendah.
Bagi kaum wanita yang sudah aktif berolahraga, pengetahuan tentang olahraga dan kesehatan sudah relatif baik, menstruasi sudah tidak lagi menjadi kendala, malah sebaliknya. Kegiatan olahraga bagi kaum wanita pada jaman sekarang justru merupakan salah satu kegiatan yang sangat bermanfaat saat mereka menderita akibat haid, karena berbagai gangguan, perasaan tidak enak, sakit (dysmenorrhoea), rasa tidak nyaman pada payudara dan kecemasan menjadi berkurang.
Hasil penelitian pada banyak atlet wanita sejak puluhan tahun lalu menurut Phul dan Bown yang disajikan oleh Santosa Giriwijoyo dan kawan-kawan (2007) menunjukkan bahwa mereka mampu tampil sama baiknya ketika akan dan sedang menstruasi. Kemudian beberapa diantaranya mampu mencipta rekor-rekor Olimpiade.

3.        Kehamilan dan latihan
Di masa lalu yang lebih menjadi dasar untuk menentukan apakah wanita hamil harus bekerja atau tidak adalah faktor sosio ekonomis, bukan faktor pengetahuan apakah kesehatan wanita hamil itu memungkinkan untuk bekerja atau tidak. Ternyata bukti-bukti pada saat ini menunjukkan bahwa latihan olahraga dan bekerja adalah aman dan mungkin sekali bermanfaat bagi kebanyakan wanita hamil, sepanjang wanita hamilnya dalam status hamil normal.
Kini banyak atlet wanita yang tetap berlatih selama masa kehamilannya dan mendapat peningkatan penampilan olahraga dikala sudah menjadi ibu. Ingrid Chitiansen terud berhasil selama kehamilannya dan kembali berlatih penuh sebulan setelah melahirkan dan berhasil menciptakan waktu marathon dunia terbaik 18 bulan setelah melahirkan anaknya. Apa yang menyebabkan atlet wanita meningkat penampilannya setelah melahirkan, sampai sekarang masiih belum diketahui. Secara fisiologis, meningkatnya volume darah dan upaya mengatasi berat badannya yang terus meningkat selama kehamilannya menjadi latihan beban yang menghasilkan manfaat jangka panjang. Pengaruh psikologis kehamilan yang lama dan berakhir ketika proses partus dan beralih tugas menjadi ibu mungkin juga berpengaruh terhadap suasana latihan dan perlombaan wanita.
Setelah melahirkan, atlet-atlet Olimpiade memiliki catatan rekor yang sama bahkan melebihi catatan rekornya sendiri setelah melahirkan. Kondisi fisik dan fungsionalnya menjadi lebih baik dari pada sebelumnya. Mereka merasa fisiknya lebih stabil dan psikisnya lebih seimbang. Fakta lapangan banyak memperlihatkan prestasi yang meningkat pada atlet wanita setelah melahirkan, namun demikian perlu dipahami bahwa latihan olahraga prestasi khususnya, merupakan kontra indikasi pada kehamilan beresiko tinggi, karena itu tingkat kegiatan fisik wanita hamil resiko tinggi harus ditentukan secara individu oleh dokter kebidanannya. Kontra indikasi yang dimaksud adalah antara lain:
a.       Pre eklampsia ganda (toxaemia= keracunan darah pada kehamilan)
b.      Kehamilan ganda
c.       Hambatan pertumbuhan intra uterine
d.      Perdarahan atau partus premature
e.       Abortus habitualis
Resiko-resiko selama kehamilan
a.       Trauma langsung
b.      Berkurangnya peredaran darah uterus
c.       Hipertermia

4.        Seks dan Olahraga
Partisipasi perempuan dalam dunia olahraga memiliki sejarah panjang, sejarah yang ditandai dengan perbedaan dan diskriminasi. Dibalik semua perbedaan dan diskriminasi tercapai suatu prestasi besar yang dapat diraih oleh para atlet perempuan dan ini menjadi tonggak kemajuan penting untuk kesetaraan gender dan memberdayakan perempuan dan anak perempuan dalam dunia olahraga.
Wanita telah banyak mengambil posisi penting dalam kepemimpinan olahraga, sebagai ketua, pengurus, manajer, pelatih, dan bahkan wartawan olahraga. Prestasi-prestasi ini menunjukkan semakin menipisnya diskriminasi gender dalam kegiatan berolahraga. Banyak manfaat yang diperoleh oleh wanita dalam mengikuti kegiatan olahraga baik secara langsung maupun tidak langsung. Manfaat kesehatan dari partisipasi aktif perempuan dalam kegiatan aktivitas fisik dan olahraga dapat mencegah berbagai penyakit degenratif.
Diskriminasi gender terutama wanita dalam olahraga baru didokumentasikan dan dianggap sebagai masalah pada tahun 1970an. Diskriminasi terlihat dari banyak hal seperti penggangaran kegiatan olahraga, fasilitas kegiatan olahraga, latihan olahraga, media juga demikian, media lebih sering menampilkan dan memberitakan kegiatan olahraga pria daripada wanita.
Pada tingkat masyarakat, meski partisipasi olahraga meningkat, diskriminasi gender masih sangat kentara. Bahkan dimasyarakat masih berkembang mitos sebagai berikut:
1.      Partisipasi yang keras dalam kegiatan olahraga dapat mengganggu kemampuan untuk melahirkan, hal ini disebabkan bahwa latihan fisik akan memperkeras otot pelvis sehingga tidak akan cukup fleksibel untuk proses melahirkan secara normal.
2.      Aktivitas pada beberapa cabang olahraga dapat merusak organ reproduksi dan payudara wanita. Mitos ini tetap ada meskipun uterus adalah organ dalam yang sangat anti getaran dan lebih terlindung daripada organ vital pria.
3.      Struktur tulang wanita lebih lemah, sehingga akan memudahkan terjadinya cidera. Meski ukuran tubuh wanita cenderung lebih kecil dibandingkan tubuh pria, namun tulang mereka tidak lebih lemah. Bahkan sebenarnya karena tulang mereka lebih ringan menerima beban berat badan dan berat otot, maka lebih kecil menerima resiko cidera dibandingkan pria.
4.      Keterlibatan yang aktif membuat masalah pada menstruasi. Hal ini terjadi karena berkurangnya prosentase lemak dalam tubuh, jadi masalah keterlambatan menstruasi akan berkahir ketika aktivita latihan yang berat dihentikan.
5.      Keterlibatan dalam olahraga mengakibatkan otot wanita menjadi menonjol dan kurang menarik. Padahal suatu tubuh yang dikondisikan dengan baik akan menjadi menarik. Kondisi fisik yang baik ini juga akan meningkatkan image tubuh dan meningkatnya sifat responsif fisik.
Kelima mitos tersebut jelas sangat tidak beralasan bagi wanita untuk tidak berpartisipasi dalam olahraga, sehingga upaya untuk mengeliminasi mitos tersebut dapat dilakukan oleh pendidikan.
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
1.        Perbedaan wanita dan pria
Perbedaan fisik antara laki-laki dan perempuan mempengaruhi performa keduanya dimana laki-laki memiliki kemampuan lebih dalam olahraga dibandingkan dengan perempuan, sehingga pertandingan antara laki-laki dan perempuan dipisahkan.
2.        Haid dan latihan
Haid atau menstruasi tidak mengganggu proses latihan bahkan akan lebih bermanfaat untuk mengurangi rasa sakit saat proses menstruasi.
3.        Kehamilan dan latihan
Latihan saat hamil masih diperbolehkan namun dilarang pada beberapa kontra indikasi. Latihan saat hamil akan berpengaruh positif terhadap penampilan setelah proses melahirkan. Banyak atlet dapat memecahkan rekor atas namanya sendiri setelah melahirkan dimana mereka tetap latihan saat mereka hamil.
4.        Seks dan Olahraga
Harus diakui bahwa diskriminasi gender masih saja terjadi di tengah masyarakat karena beberapa mitos yang berkembang walaupun partisipasi wanita dalam aktivitas fisik olahraga dan manajerial olahraga sudah meningkat.


DAFTAR PUSTAKA
1.      Donald Chu. Dimentions Of Sport Studies. New York. Jhon Wiley And Sons; 1982
2.      Monks, F.J. Psikologi Perkembangn. Yogyakarta. Gajah Mada University Press; 2002
3.      Syamsu. Sosiologi. Jakarta. Rineka Cipta; 2005
4.       Tape Rotellla, Mc Clenaghan. Dasar-Dasar Ilmiah Kepelatihan. Alih Bahasa: Casio Dwijowinoto. Semarang.  Ikip Semarang Press; 1993
,